Rabu, 03 Juni 2015

AYAM KAMPUS, Prostitusi di Dunia Pendidikan


Hasil gambar untuk ayam kampus surabaya
Source from: baranews.co
Prostitusi dengan segala perniknya telah lama diperlakukan sebagai komoditas yang terbukti sangat laku dipasaran.Prostitusi itu sendiri konon merupakan “Profesi”paling tua sepanjang sejarah kehidupan manusia.Disetiap zaman selalu ada upaya untuk menghambat dan memelihara keberadaannnya.Motivasi orang untuk menceburkan diri dalam bisnis inipun cukup beragam,bukan hanya factor keterdesakan ekonomi,tetapi juga karena factor keterjebakan pada arus “Trend” perilaku seksual yang “Just for having fun”.
Jika dulu kita kerap menjumpai kasus “Pernikahan Dini” karena ada perjodohan,maka kini kita hidup dalam suatu lingkungan modern yang menerima budaya seks bebas(aktifitas seks diluar bingkai pernikahan yang sah).Sepertinya saat ini kita sudah tidak terkejut lagi mendengar berita kasus-kasus hamil diluar nikah,kumpul kebo,aborsi dan sebagainya dimedia cetak maupun televisi. Padahal lima atau sepuluh tahun yang lalu masalah-masalah itu masih ditabukan dan dianggap cukup memalukan.Jika dulu orang dewasa malu mengakui hamil diluar nikah,kini kita hamper setiap hari dicekoki pelbagai media massa baik cetak maupun elektronik dengan berita hamil dari hasil perselingkuhan,kumpul kebo,atau aktifitas penyimpangan seks lainnya(gay,lesbihan,dan sejenisnya).Kesemuanya itu secara tidak sengaja atau tersamar merupakan kampanye untuk gerakan “Free Sex”.

Prostitusi telah menjelma menjadi sebuah hal yang sulit ditebak. Pergerakan mereka sangatlah dinamis seiring berkembangnya jaman. Ayam kampus adalah sebutan bagi mahasiswi yang punya “Double Job” menjadi pelacur di dunia kampus. Sepak terjang ayam kampus lebih susah ditebak dibanding dengan pelacur-pelacur yang biasa berjejer dikawasan prostitusi dan lokalisasi. Merebaknya fenomena”Ayam Kampus” bisa disebut sebagai salah satu bukti yang mengindikasikan telah tersebarnya pelacuran hingga kelingkungan intelektual yang selama ini kita banggakan sebagai garda depan kehormatan bangsa.Lalu, apa itu "Ayam Kampus"?
Pemakaian istilah “Ayam” lebih ditekankan karena sifat ayam itu sendiri, khususnya dalam masalah seks. Bisa kita lihat bahwa jika “Ayam” mau kawin, dia tidak peduli dengan siapa dia berhubungan asal puas dan hasratnya bisa tersalurkan, maka permasalahannya selesai tanpa memikirkan resiko dan dampaknya. Sedangkan Kampus adalah tempat untuk melakukan suatu kegiatan perkuliahan yang sedang diselenggarakan, yang didalam tersebut terdapat dosen, mahasiswa, tata usaha dan para karyawan lainnya. Untuk pembahasan penelitian saya kali ini lebih menitik beratkan ke mahasiswinya (peserta didik).
Jadi “Ayam Kampus”adalah pelaku “Free Seks” dimana mereka masih terdaftar sebagai mahasiswi pada sebuah lembaga pendidikan universitas baik diploma ataupun sarjana. Sedangkan untuk konsumennya sendiri berasal dari luar lingkungan lembaga pendidikan universitas tersebut, seperti om-om yang berduit atau eksekutif muda.
Modusnya pun beragam, diantaranya
Faktor Ekonomi
Sebagai seorang mahasiswi, mereka pastilah memerlukan biaya yang tidak sedikit, tidak hanya biaya kuliah saja tetapi juga untuk menunjang penampilan mereka sendiri sehari-hari. Bagi mahasiswi sekarang penampilan adalah sesuatu yang mutlak meskipun tidak semaunya seperti itu. Tapi paling tidak dengan penampilan akan menunjang pergaulan mereka. Proses praktik “Ayam Kampus” itu sendiri kadang memang dikaitkan dengan proses akademika yang mahal. Padahal jika kita tinjau para orang tua yang menyekolahkan anaknya diperguruan tinggi pastilah sudah memiliki perhitungan yang ekstra matang tentang masalah financial tersebut. Dan untuk tuntutan mode kemungkinan lepas dari perhitungan ekonomi orang tua mereka yang satu-satunya penyandang dana utama dalam proses pembiayaan akademik yang dijalani si anak.Misal saja budget orang tua hanya untuk dana kuliah dan sewa kost, sementara untuk beli baju, ke salon dan kosmetik ataupun kencan lepas dari kalkulasi orang tua mereka.Oleh sebab itu mereka mencari tambahanuang dengan cara yang menurut mereka lebih cepat menghasilkan uang dengan jumlah yang lumayan pula tanpa bersusah payah yaitu dengan menjadi pekerja seks atau biasa disebu

t sebagai “Ayam Kampus”.
Faktor Pelarian / Kepuasan
Dalam paradigma masyarakat modern seperti sekarang ini, cinta sudah tidak dibutuhkan lagi untuk melakukan seks bebas. Hubungan intim dengan lawan jenis dapat didasari oleh perasaan yang kecewa karena dikhianati oleh kekasihnya. Atau aktifitas ini hanya untuk “ having fun” ( kesenangan sesaat ). Pada kasus seperti inilah biasanya mereka berpikir menjadi “Ayam Kampus” dapat memuaskan hasratnya. Dan bagi pribadi yang datang dari keluarga menengah keatas, materi atau uang bukanlah persoalan,tetapi kepuasanlah yang mereka cari. Kebutuhan manusia yang tidak pernah terpuaskan itulah yang mendorong mereka untuk mencari kepuasan tersendiri yaitu dengan jalan melacurka harga diri dan masa depannya.
Faktor Kurangnya Perhatian / Kontrol Orang tua
Untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta banyak mahasiswa yang harus tinggal dirumah kost. Maka mereka mau tidak mau harus beradaptasi ditempat tinggal yang baru, seperti tinggal dilingkungan baru, teman baru dan situasi yang sama sekali berbeda dari daerah asalnya. Dan secara otomatis mereka jauh dari orang tua, hal inilah yang nantinya menjadi pemicu karena dilingkungan yang baru ini biasanya mereka bebas melakukan apa saja tanpa ada pengawasan dan control dari orang tua mereka. Mereka bebas berpikir, bebas berbuat dan bertindak,bebas bergaul dengan siapa saja. Dari sinilah faktor untuk menjadi “Ayam Kampus” sangat berpengaruh, karena mereka menganggap jauh dari orang tua maka bebas untuk melakukan segala hal, yang kemudian secara tidak sadar langsung mereka akan mencari perhatian diluar yaitu dengan om-om berduit yang bisa memberikan perhatian sekaligus memberikan apa saja yang mereka inginkan.

Model operasi “Ayam Kampus”dalam melakukan praktiknya hampir sama dengan PSK (Pekerja Seks Komersial) ataupun waria, tapi bedanya para “Ayam Kampus” tidak mangkal dijalan-jalan yang menurut PSK daerah yang strategis. Dalam beroperasi “Ayam Kampus” sangat rapi demi menjaga nama baik identitasnya dan dalam menjamu konsumennya mereka sangat profesional. Mereka melakukan itu semua diluar jam-jam kuliah dan dilakukan secara tersamar dilingkungan kampusnya. Biasanya mereka sangat ketat dan berhati-hati dalam menentukan konsumen, karena mereka juga menjaga identitasnya kecuali identitasnya sebagai mahasiswinya yang sengaja dibiarkan untuk sekedar mendongkrak “harga jual” mereka dimata konsumennya.
Ada beberapa model operasi yang biasanya digunakan “Ayam Kampus” dalam mendapatkan konsumen antara lain:
Jalan Sendiri ( individual )
Model ini dijalankan sendiri tanpa broker atau germo yang membawa mereka ke konsumen. Biasanya Ayam Kampus dengan model ini dapat dijumpai diklub-klub malam, diskotik dan sejenisnya. Mereka sangat selektif dalam memilih pasangan kencannya, karena mereka tidak ingin sembarang orang, dan biasanya mereka lebih memilih eksekutif muda yang keren dan tajir. Proses awalnya pun persis seperti orang berkenalan biasa, kemudian mereka lanjutkan diluar seperti cek in di hotel atau tempat yang membuat mereka happy. Tapi sebelum mereka berkencan, mereka melakukan transaksi dan apabila sudah disepakati barulah mereka pergi. Hanya saja setelah itu tidak dilanjutkan dengan komitmen apapun “just for having fun”.
Menggunakan Penghubung
Jam praktik mereka biasanya selepas kuliah. Penampilanya lazim dan biasa, tidak mencolok dan norak seperti PSK kebanyakan, mereka dandan persis seperti mahasiswi lainnya. Mungkin lebih modis dalam berpakaian dan selalu mengikuti tren. Sedangkan penghubungnya biasanya para sopir taksi atau salon “plus-plus”, dimana mereka tersebut bisa menghubungkan antara jasa “Ayam Kampus” dan konsumennya. Para penghubung pun biasanya sangat hati-hati dalam memilih pelanggan, karena mereka sudah memiliki komitmen dengan si pekerja seks (ayam kampus).
Dengan Broker / Germo
Untuk kelompok ini agak mudah diakses. Dan sangat mungkin, kelompok ini sudah menduplikasikan diri kedalam kelompok pelacuran, tapi bedanya ini khusus bagi mahasiswi yang terjun kedunia prostitusi. Mereka tinggal berkumpul dan sangat tersembunyi, ada yang tinggal menetap dan ada juga yang tinggal pada saat jam-jam boking saja. Pembayaran setelah mereka melakukan kencan dengan system prabayar. Si pemboking biasanya terlebih dahulu dating ke broker / germo atau bisa disebut dengan “mami”, kemudian mereka melakukan transaksi tawar menawar, dan setelah terjadi kesepakatan barulah si pemboking diantar ke sebuah hotel terdekat untuk menemui “Ayam Kampus” tersebut.
Pelakunya, tak melulu Mahasiswi saja. namun ada juga Mahasiswa Laki-laki yang menjalani profesi serupa. tamunya tak melulu straight. Ada juga dari kalangan belok atau Lesbian.
Salah satu ayam kampus Violetta, bukan nama sebenarnya (21) mengungkapkan pengalamannya. Dia mengaku terjun ke dunia hitam sejak tahun 2010. Awal mulanya, mahasiswi angkatan 2011 itu mengaku diajak oleh teman. Wanita berusia 21 tahun tersebut menceritakan awal dirinya mulai menemani 'om-om' karena ajakan teman satu tongkrongannya. "Kalau lagi nongkrong sama teman-teman di kampus maupun di luar kampus kan yaa yang dibahas itu soal om inilah om itulah, terus pejabat ini lah yang minta 'ditemenin' makan, sampai akhirnya aku ditawarin. Terus aku lihat penghasilannya lumayan juga nih buat nambah-nambahin isi lemari sama beli gadget baru. Ya akhirnya mau deh," tuturnya. Tak jarang ia menerima tamu dari kalangan dunia Pendidikan, bahkan Dosennya sendiri. Wow!
Beda lagi dengan Robert, bukan nama sebenarnya (21). Ia tak hanya melayani kaum wanita, tapi juga kaum Gay. Hal ini ia lakukan karena Pelecehan Seksual yang pernah dialaminya waktu kecil. Mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Surabaya ini juga memiliki jam terbang yang cukup tinggi. pasalnya, ia pernah dibooking hingga ke Singapore. tamunya juga beragam. ada dari kalangan pejabat, hingga pengusaha. Pria dengan tinggi 178cm yang  juga berprofesi sebagai model ini mengaku sudah malang melintang sejak dunia SMA. Ia menjaring klientnya melalui Sosial Media dengan gadget yang dimilikinya.
 
Dengan merebaknya “Ayam Kampus” disejumlah perguruan tinggi, maka dapat menimbulkan keresahan masyarakat akan kwalitas daripada perguruan tinggi tersebut, karena tanpa disadari bahwa telah terjadi praktik prostitusi disebuah universitas yang notabene adalah tempat proses belajar mengajar para mahasiswa dengan dosen untuk mendapatkan kemampuan intelektual yang tinggi dan bermoral baik
Bahkan jika diperhatikan penampilan dan kesehariannya dikampus, mereka terlihat sama dengan mahasiswi-mahasiswi lainnya. Pasar merekapun lebih modern dengan memanfaatkan dunia online dalam menjajakan kenikmatan seks mereka. Prostitusi dunia Online yang sangat terbuka menjadi ladang bagi ayam-ayam kampus menjajakan diri. Ada yang lewat Chat ataupun membuat Profil di Facebook agar si calon pemakai jasa persetubuhan mereka dapat langsung melihat foto maupun jati diri si ayam kampus.
Harga yang dipatok pun pasti lebih mahal dibanding dengan kupu-kupu malam didaerah pelacuran. Entah apa yang menjadi alasan utama beberapa mahasiswi memutuskan untuk terlibat di dunia pelacuran ini. Namun yang seringkali menjadi alasan adalah bahwa mereka harus membayar uang kuliah sendiri, kecewa dengan pacar ataupun korban pemerkosaan saat masih duduk di bangku sekolah dll. Isi tasnya tidak lupa selalu ada kondom dengan berbagai bentuk dan merek agar dapat setiap saat mampu melayani langganan bookingan yang hadir menghampirinya.
Harga untuk setiap bookingan ayam kampus bermacam-macam tergantung dimana dia menuntut ilmu. Ayam kampus dari universitas yang terkenal pasti lebih mahal jika di banding dengan kampus swasta yang biasa2 aja. Namun itu semua tergantung dari cara ayam kampus itu memuaskan pelanggannya. Semakin ayam kampus itu memberikan servis yang memuaskan maka, namnya akan semakin melambung seiring harganya yang juga melambung tinggi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa si pelaku yang notabene dari kalangan terdidik dan tentunya memiliki moral yang baik malah mencemarkan nama institusinya dengan perbuatannya. Mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal yang salah. namun seolah mereka membenarkan hal tersebut. Bahkan, dari beberapa penuturan pelaku, beberapa tan\munya juga berasal dari kalangan pendidikan. Miris sekali rasanya. selama ini khalayak selalu mnyalahkan si pelaku praktek prostitusi. Namun disisi lain, tak jarang mereka malah mengkonsumsinya.
Kalau mau jujur, ayam kampus ada di setiap kampus di Indonesia. Inilah fenomena yang harus kita cermati bersama. Jangan sampai tingkat pendidikan tertinggi kita itu menjadi layaknya lokalisasi pelacuran. Peningkatan sistem keamanan dan monitoring harus dilakukan oleh setiap kampus di Indonesia agar kualitas pendidikan kita semakin bersaing.
Ada banyak hal yang harus kita lakukan sebagai beban moral untuk mahasiswi-mahasiswi yang masuk kejurang pelacuran ini. Jangan pandang mereka sebagai seorang pesakitan, namun ke arifan kita untuk memberikan sebuah solusi terbaik bagi merekalah yang diperlukan. Kiranya gambaran ini semua dapat membuka cakrawala berfikir kita mengenai fenomena ayam kampus di dunia kampus Indonesia.

*hasil interview dengan sejumlah ayam kampus yang ada di Wilayah Surabaya

KLONING, Kaitannya dengan Nilai Norma, Moral dan Etika

Kloning dalam biologi adalah proses menghasilkan individu-individu dari jenis yang sama (populasi) yang identik secara genetik. Kloning merupakan proses reproduksi aseksual yang biasa terjadi di alam dan dialami oleh banyak bakteria, serangga, atau tumbuhan. Dalam bioteknologi, kloning merujuk pada berbagai usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk menghasilkan salinan berkas DNA atau gen, sel, atau organisme. Arti lain kloning digunakan pula di luar ilmu-ilmu hayati.
Dalam usahanya mengembangkan ilmu, tentunya kita wajib mengapresiasi  hal ini sebagai tindakan positif yang bermanfaat bagi umat manusia. namun, munculnya sebuah penemuan baru tentu akan muncul pula masalah baru seperti polemik anatara pihak yang  pro dan kontra. begitu juga dengan kloning.
Sesungguhnya kloning memiliki banyak manfaat. Pada tumbuhan, kloning dapat menciptakan produk atau bibit varietas unggul. sedangkan pada hewan, kloning dapat mencegah kepunahan atas hewan hewan langka yang terancam kepunahan. Namun jika usaha tersebut dilakukan pada manusia, sudah tentu hal tersebut ditentang, karena bertentangan dengan nilai, norma moral dan etika serta menimbulkan masalah sosial yang baru.
Dalam sudut pandang norma, terutama norma agama, mayoritas semua agama menentang akan kloning karena bertentangan dengan syariat pada masing-masing agama.Dalam agama Islam kloning sangat diharamkan dengan beberapa argumen yakni

Pertama, anak-anak produk proses kloning dihasilkan melalui cara yang tidak alami (percampuran antara sel sperma dan sel telur). Padahal, cara alami inilah yang telah ditetapkan oleh syariat sebagai sunatullah menghasilkan anak-anak dan keturunannya. Allah SWT berfirman:
وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالأنْثَى
مِنْ نُطْفَةٍ إِذَا تُمْنَى
 “Dan bahwasannya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan dari air mani apabila dipancarkan”(AQS. An-Najm: 45-46).
Dalam ayat lain dinyatakan pula,
أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَى
ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى
 Bukankah dia dahulu setetes mani yag ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya. Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang laki-laki dan perempuan.” (AQS. Al-Qiyâmah: 37-38).
Kedua, anak-anak produk kloning dari perempuan-tanpa adanya laki-laki tidak akan memunyai ayah. Anak produk kloning tersebut jika dihasilkan dari proses pemindahan sel telur-yang telah digabungkan dengan inti sel tubuh ke dalam rahim perempuan yang bukan pemilik sel telur, tidak pula akan memunyai ibu sebab rahim perempuan yang menjadi tempat pemindahan sel telur tersebut hanya menjadi penampung (mediator). Oleh karena itu, kondisi ini sesungguhnya telah bertentangan dengan firman Allah SWT:.
يا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْناكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَ أُنْثى وَ جَعَلْناكُمْ شُعُوباً وَ قَبائِلَ لِتَعارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa–bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (AQS. Al-Hujurât: 13) 

Juga bertentangan dengan firman-Nya yang lain,
ادْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ ۚ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ ۚ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَٰكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
 Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu [Maula-maula ialah: seorang hamba sahaya yang sudah dimerdekakan atau seorang yang telah dijadikan anak angkat, seperti Salim anak angkat Huzaifah, dipanggil maula Huzaifah] dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (AQS. Al-Ahzâb : 5).

Ketiga, kloning manusia akan menghilangkan nasab (garis keturunan). Padahal Islam telah mewajibkan pemeliharaan nasab. Ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, “Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau (seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan mendapat laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia.” (H.R. Ibnu Majah).
Diriwayatkan pula dari Abu ‘Utsman An Nahri r.a. yang berkata, “Aku mendengar Sa’ad dan Abu Bakrah masing-masing berkata, ‘Kedua telingaku telah mendengar dan hatiku telah menghayati sabda Muhammad s.a.w., “siapa saja yang mengaku-ngaku (sebagai anak) kepada orang yang bukan bapaknya, padahal dia tahu bahwa orang itu bukan bapaknya, maka surga baginya haram.” (H.R. Ibnu Majah).
Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah r.a. bahwasannya tatkala turun ayat li’an dia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja perempuan yang memasukkan kepada suatu kaum nasab (seseorang) yang bukan dari kalangan kaum itu, maka dia tidak akan mendapat apapun dari Allah dan Allah tidak akan pernah memasukkannya ke dalam surga. Dan siapa saja laki-laki yang mengingkari anaknya sendiri padahal dia melihat (kemiripan)nya, maka Allah akan akan tertutup darinya dan Allah akan membeberkan perbuatannya itu dihadapan orang-orang yang terdahulu dan kemudian (pada Hari Kiamat)” (H.R. Ad-Darimi).
Kloning manusia yang bermotif memproduksi manusia-manusia unggul dalam hal kecerdasan, kekuatan fisik, kesehatan, kerupawanan jelas mengharuskan seleksi terhadap orang-orang yang akan dikloning, tanpa memperhatikan apakah mereka suami-isteri atau bukan, sudah menikah atau belum. Sel-sel tubuh itu akan diambil dari perempuan atau laki-laki yang terpilih. Semua ini akan mengacaukan, menghilangkan dan membuat bercampur aduk nasab.
Keempat, memproduksi anak melalui proses kloning akan mencegah (baca: mengacaukan) pelaksanaan banyak hukum-hukum syara’ seperti hukum tentang perkawinan, nasab, nafkah, hak dan kewajiban antara bapak dan anak, waris, perawatan anak, hubungan kemahraman, hubungan ‘ashabah, dan banyak lagi. Di samping itu, kloning akan mencampur-adukkan dan menghilangkan nasab serta menyalahi fitrah yang telah diciptakan Allah untuk manusia dalam masalah kelahiran anak. Konsekuensi kloning ini akan menjungkirbalikkan struktur kehidupan masyarakat.
Professor Abdulaziz Sachedina of the University of Virginia, merujuk pada ayat Al-Quran surat Al-Mukminun 12-14, bahwa ilmuwan yang mengadakan kloning tidak mempercayai Allah adalah pencipta yang paling sempurna terhadap makhluknya. Usaha mengkloning adalah usaha mengingkari kesempurnaan Allah.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ.
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ.
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ.

“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik (AQS. Al-Mukminun: 12-14).
 
Sudah jelas bahwa Islam melarang kloning terhadap manusia. Begitu pula dengan agama lain seperti Kristen dan Katholik misalnya. Pandangan Kristen mengenai proses kloning manusia dapat ditelaah dalam terang beberapa prinsip Alkitabiah. Pertama, umat manusia diciptakan dalam rupa Allah, dan karena itu, bersifat unik. Kejadian 1:26-27 menegaskan bahwa manusia diciptakan dalam rupa dan gambar Allah, dan bersifat unik dibandingan dengan ciptaan-ciptaan lainnya.Jelaslah bahwa itu adalah sesuatu yang perlu dihargai dan tidak diperlakukan seperti komoditas yang dijual atau diperdagangkan. Sebagian orang mempromosikan kloning manusia dengan tujuan untuk menciptakan organ pengganti untuk orang-orang yang membutuhkan pengcangkokan namun tidak dapat menemukan donor yang cocok.  
Pemikirannya adalah mengambil DNA sendiri dan menciptakan organ duplikat yang terdiri dari DNA itu sendiri akan sangat mengurangi kemungkinan penolakan terhadap organ itu. Walaupun ini mungkin benar, masalahnya melakukan hal yang demikian amat merendahkan kehidupan manusia. Proses kloning menuntut penggunaan embrio manusia; dan walaupun sel dapat dihasilkan untuk membuat organ yang baru, untuk mendapatkan DNA yang diperlukan beberapa embrio harus dimatikan. Pada hakikatnya kloning akan “membuang” banyak embrio manusia sebagai “barang sampah,” meniadakan kesempatan untuk embrio-embrio itu bertumbuh dewasa. 
Mengenai apakah klon memiliki jiwa, kita lihat kembali pada penciptaan hidup. Kejadian 2:7 mengatakan, “Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” Inilah gambaran Allah menciptakan jiwa manusia. Jiwa adalah siapa kita, bukan apa yang kita miliki (1 Korintus 15:45). Banyak orang percaya bahwa hidup tidak dimulai pada saat pembuahan dengan terbentuknya embrio, dan karena itu embrio bukan betul-betul manusia. Alkitab mengajarkan hal yang berbeda. Mazmur 139:13-16 mengatakan, “Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya”
 Selanjutnya, Yesaya 49:1-5 berbicara mengenai Allah memanggil Yesaya untuk melayani sebagai nabi ketika dia masih berada dalam kandungan ibu. Yohanes Pembaptis juga dipenuhi dengan Roh Kudus ketika dia masih berada dalam kandungan (Lukas 1:15). Semua ini menunjuk pada pendirian Alkitab bahwa hidup dimulai pada saat pembuahan. Dalam terang ini, kloning manusia, bersama dengan dirusaknya embrio manusia, tidaklah sejalan dengan pandangan Alkitab mengenai hidup manusia. 
Lebih dari itu, apabila manusia diciptakan, tentulah ada Sang Pencipta, dan karena itu manusia tunduk dan bertanggung jawab kepada Sang Pencipta itu. Sekalipun pandangan umum – pandangan psikologi sekuler dan humanistik – mau orang percaya bahwa manusia tidak bertanggung jawab kepada siapapun kecuali dirinya sendiri, dan bahwa manusia adalah otoritas tertinggi, Alkitab mengajarkan hal yang berbeda. Alkitab mengajarkan bahwa Allah menciptakan manusia, dan memberi manusia tanggung jawab atas bumi ini (Kejadian 1:28-29 dan Kejadian 9:1-2). Tanggung jawab ini adalah akuntabilitas kepada Allah. Manusia bukan penguasa tertinggi atas dirinya dan karena itu dia tidak dalam posisi untuk membuat keputusan sendiri mengenai nilai hidup manusia. Ilmu pengetahuan juga bukan otoritas yang menentukan etis tidaknya kloning manusia, aborsi, atau eutanasia.Menurut Alkitab, Allah adalah satu-satuNya yang memiliki hak kedaulatan mutlak atas hidup manusia. Berusaha mengontrol hal-hal sedemikian adalah menempatkan diri pada posisi Allah.Jelaslah bahwa manusia tidak boleh melakukan hal demikian. Kalau kita melihat manusia semata-mata sebagai salah satu ciptaan dan bukan sebagai ciptaan yang unik, dan manusia adalah ciptaan yang unik, maka tidak sulit untuk melihat manusia tidak lebih dari peralatan yang perlu dirawat dan diperbaiki. Namun kita bukanlah sekedar kumpulan molekul dan unsur-unsur kimia. Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa Allah menciptakan setiap kita dan memiliki rencana khusus untuk setiap kita. Lebih lagi, Dia menginginkan hubungan pribadi dengan setiap kita, melalui Anak-Nya, Yesus Kristus. Sekalipun ada aspek-aspek kloning manusia yang mungkin bermanfaat, umat manusia tidak punya kontrol terhadap arah perkembangan teknologi kloning. Adalah bodoh kalau beranggapan bahwa niat baik akan mengarahkan penggunaan kloning. Manusia tidak dalam posisi untuk menjalankan tanggung jawab atau memberi penilaian yang harus dilakukan untuk mengatur kloning manusia.
Dalam sudut pandang Moral, kloning juga dianggap sebagai perbuatan yang tidak bermoral. karena diindikasi sebagai tindakan penganiayaan dan pembunuhan atau pengguguran kandungan. Kloning dianggap sebagai tindakan merampas hak hidup atau kesempatan untuk hidup. karena pada percobaan yang gagal, maka embrio dan sel yang digunakan akan dibuang begitu saja dan dianggap sebagai sampah.
Tak lupa dalam sudut pandang Etika. Kloning sangat bertentangan dengan   etika dan adat istiadat yang ada di Indonesia. Karena dalam proses kloning, yang diambil sebagai sample induk dengan tempat perkembangan dari sel tersebut (rahim wanita) biasanya diambil tanpa mempertimbangkan ikatan pernikahan. sedangkan di Indonesia, hubungan tanpa adanya ikatan pernikahan bisa dianggap sebagai zina. sungguh sangat bertebtangan dengan etika dan budaya ketimuran kita. Wallahu a'lam bisshawab.
 
 Sumber Referensi:
Anonim, Kloning. http://id.wikipedia.org/wiki/Kloning. diakses pada tanggal 30 Mei 2015. pukul 16.48 WIB
Abdul Muiz, Hukum Kloning Dalam Perspektif Islam, Artikel dalam http// Abdulmuiz18. blogspot.com  diakses pada tanggal 30 Mei 2015, pukul. 17.22WIB
Anonim, Kloning; Wawancara dengan Rolf Hille, J.E. Sahetapy dan Singgih Widjaja. http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=754&res=jpz . diakses pada tanggal 30 Mei 2015, pukul 18.54 WIB
Interview dengan Romo FX Prastyawan dari Gereja Santo Petrus Tuban.
 
 
 APA PENTINGNYA MATA KULIAH FILSAFAT ILMU BAGI MAHASISWA???

Pertanyaan tersebut akan menjadi titik awal untuk menggali lebih dalam lagi makna dibalik ilmu filsafat yang tersohor. Ilmu filsafat tidak semua orang mampu memahami secara singkat karena tingkat kedalaman dan keluasannya, lebih-lebih dalam menarik esensi pokok ilmu filsafat dibutuhkan pemikiran yang serius dan mendalam. Berikut ini penyaji berusaha menyampaikan definisi hingga manfaat yang akan kita peroleh saat mempelajari ilmu filsafat.
Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggung jawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang obyektif.
Filsafat adalah ilmu yang tak terbatas karena tidak hanya menyelidiki suatu bidang tertentu dari realitas yang tertentu saja. Filsafat senantiasa mengajukan pertanyaan tentang seluruh kenyataan yang ada. Filsafat pun selalu mempersoalkan hakikat, prinsip, dan asas mengenai seluruh realitas yang ada, bahkan apa saja yang dapat dipertanyakan, termasuk filsafat itu sendiri.
Secara garis besar..manfaat belajar manfaat belajar filsafat adalah sebagi berikut:
1. Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tidak selalu tampak seperti apa adanya.
2. Filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan dunia kita
3. Filsafat membuat kita lebih kritis
4. Filsafat mengembangkan kemampuan kita dalam menalar secara jelas, membedakan argumen yang baik dan yang buruk, menyampaikan pendapat secara jelas, melihat sesuatu melalui kacamata yang lebih luas, melihat dan mempertimbangkan pendapat dan pandangan yang berbeda. Filsafat dapat memberi bekal dan kemampulan pada kita untuk memperhatikan cara pandangan kita sendiri dan pandangan orang lain dengan kritis
lmu filsafat dapat diaplikasikan dalam bidang pendidikan antara lain dapat menentukan kinerja dan mutu pendidikan suatu Negara meski tidak sepenuhnya dominan, indikasinya dapat kita lihat dari pengertian yang terkandung dalam kata filsafat itu sendiri jika dilaksanakan secara sungguh-sungguh.
Selanjutnya ilmu filsafat dapat menentukan tingkat kemajuan dan perkembangan pendidikan nasional, dengan cara mengevaluasi dan berusaha lebih baik dari hasil evaluasi yang diperoleh.
Filsafat ilmu sangat penting bagi seorang mahasiswa karena untuk membiasakan diri bersikap kritis, logis dan rasional serta menumbuhka rasa toleransi dalam perbedaan pandangan.